Kalau kemarin kita sudah mengenal camera DSLR dan bagaimana cara bekerjanya, kali ini kita akan belajar beberapa pengetahuan dasar photography dengan menggunakan camera DSLR. Menfoto dengan camera DSLR tidaklah jauh beda dengan menfoto dengan camera compact/ point and shoot camera. Ibarat mobil yang memiliki transmission automatic, compact camera / point and shoot memilikki setting cahaya yang sudah diatur otomatis. Sedangkan camera DSLR memilikki setting cahaya dan lainnya yang bisa kita atur secara manual maupun otomatis.
Kalau sudah ada yang auto, kenapa harus pusing dengan setting secara manual?
Kalau anda mengharapkan foto yang anda jepret itu jelas, warnanya bagus, pixelnya tinggi, ya, fungsi auto sudah cukup kok,, kenapa pusing2… Tetapi kalau anda pengen memberikan sentuhan yang berbeda, membuat foto kita kelihatan beda dari yang lain, membuat foto menjadi sesuatu tidak bisa terlihat dengan mata manusia, maka anda harus melakukan setting secara manual,
Pernah complain dengan foto yang anda ambil itu blur(tidak jelas)? Warnanya tidak memuaskan? Lightingnya kelihatan aneh? Ada beberapa situasi, fungsi automation setting tidak bisa memberikan hasil yang terbaik, kalau anda menguasi teknik mengatur sendiri pengcahayaan, well, problem solved..
Three Main Gateway
Kalau kita belajar matematika, kita akan memulai dengan 4 dasar yaitu, +,-,x,/, di photography, kita memulai dengan 3 dasar mengatur cahaya yang masuk ke sensor ataupun lebih dikenal dengan three gateway of light, three methodology, dll. Ketiga hal itu adalah Shutter Speed, Aperture, dan ISO Speed (Sensitivitas Sensor terhadap cahaya)
Shutter Speed adalah kecepatan tirai penutup sensor. Semakin lambat tirainya bergerak, semakin banyak cahaya yang masuk ke sensor,. Shutter speed yang tinggi bisa menangkap object yang bergerak cepat dengan jelas, misalnya mobil yang bergerak, sedangkan shutter speed yang lambat, bisa merekam gambar dengan lambat, sedangkan benda yang bergerak bisa kelihatan motion-nya . Untuk pemahaman cahaya yang masuk melewati kecepatan shutter, kita bisa memakai analogi jendela dan pintu jendela. Ketika kita menekan tombol shutter, pintu jendela ini akan membuka, dan menutup kembali. Ketika pintu jendelanya dibuka secara lambat, cahaya yang masuk melewati kedalam ruangan semakin banyak daripada pintu yang dibuka dengan kecepatan tinggi.
Aperture adalah lubang cahaya yang masuk ke sensor. Ukuran aperture ditentukan oleh sebuah alat yang bernama diaphragm. Cahaya yang masuk masuk dari lens, bergerak melewati aperture sebelum masuk ke sensor. Fungsi sebenarnya ukuran besar kecilnya aperture adalah untuk mengatur kedalaman ketajaman gambar. Aperture yang kecil mempunyai ketajaman yang lebih dalam sedangkan aperture yang besar memiliki kedalaman yang tidak dalam, sehingga object yang berada diluar dari kedalamanan akan kelihatan kabur. Bagaikan mainan laser, semakin kecil lubang cahaya laser, maka semakin jauh laser bisa memantulkan cahaya, dan semakin lebar lubang cahaya, maka semakin tidak jauh laser bisa memantulkan cahayanya. Kita bisa mengunakan kembali analogi jendela dan pintu jendela diatas untuk pemahaman pengaturan cahaya lewat aperture. Kalau kecepatan pintu jendela membuka dan menutup kembali itu adalah shutter speed, maka jendela itu sendiri adalah aperture karena cahaya memasuki sensor lewat jendela itu. Semakin lebarnya jendela maka otomatis cahaya yang masuk lebih banyak dan begitu juga sebaliknya.
Satu hal yang akan selalu membingungkan pemula adalah besar aperture bukan ditentukan besar f number,, tapi sebaliknya. misalnya f 2.8 adalah aperture besar sedangkan f22 adalah aperture kecil..
Aperture Besar (f/5.6)
Aperture Kecil (f32)
Kombinasi antara shutter speed dan aperture adalah kunci untuk menentukan sebuah gambar itu memliki exposure yang tepat. Ketika berada di tempat yang terang seperti outdoor, kita bisa menggunakan shutter speed yang tinggi dengan aperture yang tinggi untuk mengurangi cahaya yang berlebihan masuk kedalam sensor supaya hasil dari foto tidak terlalu terang. Sedangkan ketika berada ditempat tidak terlalu terang seperti indoor, kita bisa menggunakan Aperture yang besar dan Shutter speed yang lambat. Namun shutter speed yang lambat sangat sensitive dengan pergerakan camera. Kamera yang bergerak saat shutter speed lambat berjalan akan menyebabkan gambar yang kabur. Di situasi seperti ini, penggunaan Tripod (alat tempat camera berdiri) atau kecepatan ISO bisa menjadi solusi.
ISO Speed adalah sensitivitas sensor terhadap cahaya. Penggunaan ISO yang tinggi bisa membantu sensor menrespon cahaya dengan lebih cepat, namun semakin tinggi ISO, akan menimbulkan noise. Noise membuat gambar kelihatan tidak jernih,.
Dengan kombinasi tiga pintu masuk cahaya, kita bisa mengatur settingan cahaya sesuai situasi dan kebutuhan kita dimana fungsi Auto kadang tidak bisa melakukannya dengan benar. Kalau kita melihat object lewat viewfinder yang merupakan refleksi dari cermin, bagaimana kita mengetahui sebuah settingan itu over exposure atau kekurangan cahaya. Biasanya di Viewfinder ada meteran cahaya untuk kita mengatur exposure yang tepat. Begitu juga kalau melakukan live view dari lcd secara langsung,, ada sebuah meter kecil terletak bagian bawah lcd atau bagian atas.
Masih banyak settingan dan teknik, kita akan membahas lebih lanjut disambungan topik ini.
Gambar diambil dari Wikipedia, www.imaging-resource.com, Enjoy! Discover the real joy of photography,
Photography
semua tentang photography akan di kupas di dalam blog ini.
Sunday, September 5, 2010
10 Buku Rekomendasi untuk Photography
10 Photography Book Recommendations By DIYP Readers
- September 10, 2009
- 20 comments
- Share
It is not surprising that the list features both great classic books as well as some new one and some great hidden gems. Thanks for all the readers that participated and took the time to share their thoughts.
The number of books out there can be stunning, so it may be interesting to see what other photographers think about some of the books out there, and get a direction.
I picked up 10 of those books and reviews that I felt gave a good reason to go out and buy a book:
1. The Hot Shoe Diaries by Joe McNally
The best photography book I've read so far is The Hot Shoe Diaries by Joe McNally. I learned lots of stuff about off-camera flashing, which is vast branch of photography. You never get bored with it.I like this particular book also because of the way Joe writes. It's like sitting in a cafe chatting with him.
Recommended by fbat
2. To contrast we also have The Moment it Clicks also by Joe McNally
I'd say The Moment it Clicks by Joe McNally. Not only does he talk about the lighting and setups for his photos, but also the people-oriented side of photography required to work with subjects and editors, and plenty of odd and entertaining stories from his career.Recommended by Dave and Matthew Botos
3. Material World: A Global Family Portrait by Peter Menzel
I recently picked up and LOVE "Material World: A Global Family Portrait" by Peter Menzel.One of the best done, most informative, and best executed concepts I have had the pleasure of reading.
Recommended by Ryan Holloway
4. The 35mm Handbook by Michael Freeman
A few weeks back I visited a local charity shop and came across "The 35mm Handbook" by Michael Freeman. Published in 1980 by Ziff Davis its 320 pages are packed with almost encyclopedic content on everything from Techniques to Application.It is of course based on film photography but the book makes it so easy to relate to today's Digital world. I only wish I had found it 30 years ago - it would have changed my life!!
Recommended by Dave
5. The DAM Book by Peter Krogh
OK, I'm showing my nerdy colours here. I really love Light: Science and Magic and the Joe McNally books, but if I have to pick ONE book that has impacted my photography the most it would have to be The DAM Book by Peter Krogh. It's all about Digital Asset Management.While I didn't learn how to light or how to see, reading that book (I own both the first and the vastly updated second edition) I learned how a photographer can have a professional workflow that treats the entire collection of images as an asset and increases the value of that asset by systematically organizing and securing it. Nerdy as I said, but a truly valuable resource from the world leading expert in DAM.
Recommended by Geoff
6. Understanding Exposure by Bryan Peterson
There are so many to choose from, that it's hard to choose just one. But I think that Bryan Peterson's Understanding Exposure: How to Shoot Great Photographs with a Film or Digital Camera would be the one. It's written in such a simple way and is the book that turned on the lights for me as far as exposure control goes.Until I read it I struggled to get a grip on the relationship between ISO, aperture and film speed, but this book showed me how truly simple this is and I haven't looked back since. This book is a "must read" for new photographers or those who have DSLRs or high-end digital compacts but still rely on the automatic modes.
Recommended by Steve Crane and RJS
7. Within the frame: The Journey of Photographic Vision by David Duchemin
I would also submit that DuChemin's book "Within the Frame" is also another good book - it strays away from the normal "photo" "How-to" format and focuses on the "why-to"...He also discusses photographing people, landscapes, and more - this book focuses a bit on the human element.
Recommended by Mohamed, pixelmixture and RJS
8. The Negative by Ansel Adams
At the time I was shooting black & white film and developing it myself, and Adams' scientific approach to photography blew me away. The Zone System and his focus on previsualising helped me improve my own photos, and the way he offhandedly explains his own research ("You can buy commercial developer, but I made my own. Here's the formula...") was an inspiration.It's not a practical book for digital shooters, but if you've ever tried your own developing or wanted to know the nitty-gritty about correct exposure it's well worth a read.
Recommended by Alex Pounds
9. The Photograph: Composition and Color Design by Harald Mante
"The Photograph" is a great book on composition; it goes way beyond the basics (rule of thirds…). The book has been around for some time but was just recently published in English.It’s definitely not for the beginner, but would be great for any photographer (wedding, landscape, portrait…) the only downside, is all of the flipping between pages and text.
Recommended by James W
10. Mountain Light by Galen Rowell
I'd say Galen Rowell's book "Mountain Light" is a photography book that really inspired me. Each shot in the book is simply amazing and he gives in great detail how he did it but more importantly WHY he did it that way. The images are inspiring and the text is entertaining and informational.Recommended by Tyler
Wednesday, August 18, 2010
Types of Photography
Photography is an expansive art form that includes more than just portraiture, landscape or glamour photography. Both professional and amateur photographers may favor specific types of photography over others. While a professional photographer may work in photojournalism, an amateur may be particularly interested in macrophotography. Read on to learn more about the various types of photography.
Photojournalism
Although amateurs may break into this field without formal training, photojournalism is often limited to professionals. One reason photojournalism is generally practiced by professionals is that serious photojournalists must be sure that their shots maintain the integrity of the original scene.
Photojournalism requires the photographer to shoot only the facts: no alteration or embellishment of the photo is permitted. Photojournalism pictures are often powerful images that engage the viewer with the news story. Knowing how to take such shots to capture the original emotion is often learned only through years of practice and experience.
Documentary Photography
Documentary photographs tell stories with images. The main difference between photojournalism and documentary photography is that documentary photography is meant to serve as a historical document of a political or social era while photojournalism documents a particular scene or instance.
A documentary photographer may shoot a series of images of the inner city homeless or chronicle the events of international combat. Any topic may be the subject of documentary photography. As with photojournalism, documentary photography seeks to show the truth without manipulating the image.
Action Photography
While professionals who take action shots may specialize in a variety of different subjects, sports photography is one of the fastest and most exciting types of photography. As with any action shot, a good sports photographer has to know his or her subject well enough to anticipate when to take pictures. The same rule goes for photographers taking action shots of animals in nature or of a plane taking off.
Macrophotography
Macrophotography describes the field of photography in which pictures are taken at close range. Once restricted to photographers with advanced and expensive equipment, macrophotography is now easier for amateurs to practice with digital cameras with macro settings. Macrophotography subjects may include insects, flowers, the texture of a woven sweater or any object where close-up photography reveals interesting details.
Microphotography
Microphotography uses specialized cameras and microscopes to capture images of extremely small subjects. Most applications of microphotography are best suited for the scientific world. For example, microphotography is used in disciplines as diverse as astronomy, biology and medicine.
Glamour Photography
Glamour photography, sometimes confused with pornography, may be sexy and erotic but it is not pornographic. Instead of focusing on nudity or lurid poses, glamour photography seeks to capture its subject in suggestive poses that emphasize curves and shadows. As the name implies, the goal of glamour photography is to depict the model in a glamorous light. Consequently, many glamour shots carry flirtatious, mysterious and playful tones.
Aerial Photography
An aerial photographer specializes in taking photos from the air. Photos may be used for surveying or construction, to capture birds or weather on film or for military purposes. Aerial photographers have used planes, ultralights, parachutes, balloons and remote controlled aircraft to take pictures from the air.
Underwater Photography
Underwater photography is usually employed by scuba divers or snorkelers. However, the cost of scuba diving, coupled with often expensive and unwieldy underwater photography equipment, makes this one of the less common types of photography. Similarly, if an amateur has the equipment and the scuba know-how, taking shots underwater can be complicated, as scuba goggles are magnified and distort the photographer’s vision.
Art Photography
Artistic photography can embrace a wide variety of subjects. While a nature photographer may use underwater photography to create an art show based on sea life, a portrait photographer’s show may feature black and white artistic portraitures. In all cases, the photographs must have aesthetic value to be considered art.
Portraiture
Portraiture is one of the oldest types of photography. Whether the subject is your family or your pet, the goal of portraiture is to capture the personality of the subject or group of subjects on film.
Wedding Photography
Wedding photography is a blend of different types of photography. Although the wedding album is a documentary of the wedding day, wedding photos can be retouched and edited to produce a variety of effects. For example, a photographer may treat some of the pictures with sepia toning to give them a more classic, timeless look.
In addition, a wedding photographer must have portrait photography skills. He may also have to employ glamour photography techniques to capture the bride and groom at their best.
Advertising Photography
Because photography plays a vital role in advertising, many professional photographers devote their careers to advertising photography. The need for unique and eye-catching advertising copy means the photographer may work with multiple types of photography, including macrophotography and glamour photography.
Travel Photography
Travel photography may span several categories of photography, including advertising, documentary or vernacular photography that depicts a particularly local or historical flavor. A travel photographer can capture the feel of a location with both landscapes and portraiture.
Terjemahkan ke Indo sendiri yaaaa...
Photojournalism
Although amateurs may break into this field without formal training, photojournalism is often limited to professionals. One reason photojournalism is generally practiced by professionals is that serious photojournalists must be sure that their shots maintain the integrity of the original scene.
Photojournalism requires the photographer to shoot only the facts: no alteration or embellishment of the photo is permitted. Photojournalism pictures are often powerful images that engage the viewer with the news story. Knowing how to take such shots to capture the original emotion is often learned only through years of practice and experience.
Documentary Photography
Documentary photographs tell stories with images. The main difference between photojournalism and documentary photography is that documentary photography is meant to serve as a historical document of a political or social era while photojournalism documents a particular scene or instance.
A documentary photographer may shoot a series of images of the inner city homeless or chronicle the events of international combat. Any topic may be the subject of documentary photography. As with photojournalism, documentary photography seeks to show the truth without manipulating the image.
Action Photography
While professionals who take action shots may specialize in a variety of different subjects, sports photography is one of the fastest and most exciting types of photography. As with any action shot, a good sports photographer has to know his or her subject well enough to anticipate when to take pictures. The same rule goes for photographers taking action shots of animals in nature or of a plane taking off.
Macrophotography
Macrophotography describes the field of photography in which pictures are taken at close range. Once restricted to photographers with advanced and expensive equipment, macrophotography is now easier for amateurs to practice with digital cameras with macro settings. Macrophotography subjects may include insects, flowers, the texture of a woven sweater or any object where close-up photography reveals interesting details.
Microphotography
Microphotography uses specialized cameras and microscopes to capture images of extremely small subjects. Most applications of microphotography are best suited for the scientific world. For example, microphotography is used in disciplines as diverse as astronomy, biology and medicine.
Glamour Photography
Glamour photography, sometimes confused with pornography, may be sexy and erotic but it is not pornographic. Instead of focusing on nudity or lurid poses, glamour photography seeks to capture its subject in suggestive poses that emphasize curves and shadows. As the name implies, the goal of glamour photography is to depict the model in a glamorous light. Consequently, many glamour shots carry flirtatious, mysterious and playful tones.
Aerial Photography
An aerial photographer specializes in taking photos from the air. Photos may be used for surveying or construction, to capture birds or weather on film or for military purposes. Aerial photographers have used planes, ultralights, parachutes, balloons and remote controlled aircraft to take pictures from the air.
Underwater Photography
Underwater photography is usually employed by scuba divers or snorkelers. However, the cost of scuba diving, coupled with often expensive and unwieldy underwater photography equipment, makes this one of the less common types of photography. Similarly, if an amateur has the equipment and the scuba know-how, taking shots underwater can be complicated, as scuba goggles are magnified and distort the photographer’s vision.
Art Photography
Artistic photography can embrace a wide variety of subjects. While a nature photographer may use underwater photography to create an art show based on sea life, a portrait photographer’s show may feature black and white artistic portraitures. In all cases, the photographs must have aesthetic value to be considered art.
Portraiture
Portraiture is one of the oldest types of photography. Whether the subject is your family or your pet, the goal of portraiture is to capture the personality of the subject or group of subjects on film.
Wedding Photography
Wedding photography is a blend of different types of photography. Although the wedding album is a documentary of the wedding day, wedding photos can be retouched and edited to produce a variety of effects. For example, a photographer may treat some of the pictures with sepia toning to give them a more classic, timeless look.
In addition, a wedding photographer must have portrait photography skills. He may also have to employ glamour photography techniques to capture the bride and groom at their best.
Advertising Photography
Because photography plays a vital role in advertising, many professional photographers devote their careers to advertising photography. The need for unique and eye-catching advertising copy means the photographer may work with multiple types of photography, including macrophotography and glamour photography.
Travel Photography
Travel photography may span several categories of photography, including advertising, documentary or vernacular photography that depicts a particularly local or historical flavor. A travel photographer can capture the feel of a location with both landscapes and portraiture.
Terjemahkan ke Indo sendiri yaaaa...
Photography Techniques: Tips for Taking Better Pictures
Teknik Fotografi: Tips untuk Mengambil Gambar Lebih Baik
«Kembali ke Artikel Kategori
Tidak peduli seberapa berpengalaman Anda sebagai fotografer, belajar teknik fotografi baru hanya dapat meningkatkan gambar Anda. Mengambil pendekatan baru terhadap konsep-konsep standar seperti pencahayaan dan eksposur, atau bereksperimen dengan konsep yang sama sekali baru akan menambah rasa dan dinamisme untuk apa yang biasa menjadi "umum" ditembak.
Teknik untuk Lighting dan Exposure Saat membuat gambar, perhatikan jumlah dan jenis cahaya yang mencakup TKP. Jika subjek Anda sepenuhnya diterangi dengan cahaya langsung (baik dari matahari atau bohlam), Anda harus membatasi jumlah cahaya yang masuk lensa kamera untuk mencegah film dari menjadi overexposed, atau mematikan terlalu terang. Dengan kecepatan lebih cepat film, film ini membutuhkan waktu lebih sedikit untuk menangkap gambar dengan jumlah yang diberikan cahaya. (Para ahli merekomendasikan menggunakan film lebih cepat kecepatan untuk mata pelajaran menyalakan terang).
Demikian pula, seorang fotografer dapat menggunakan penyaring atau perangkat naungan untuk mengurangi jumlah cahaya di TKP.
Buruk kondisi baik menyalakan memerlukan pencahayaan tambahan atau film lebih lambat kecepatan. Kondisi tersebut termasuk adegan diterangi dengan pencahayaan, seperti bulan, atau cahaya latar belakang. Dalam adegan ini, fotografer harus memutuskan apakah dia ingin cahaya rendah untuk menjadi bagian dari suasana hati gambar yang dihasilkan atau apakah dia ingin menangkap subjek seperti.
Jika pencahayaan penting untuk menembak, maka fotografer harus menggunakan kecepatan lambat sebuah film. film lambat memungkinkan lebih banyak cahaya masuk ke lensa kamera, mencegah dari yang kurang terang gambar dan mematikan terlalu gelap. Atau, fotografer dapat menggunakan lampu untuk lebih menerangi subjek.
Teknik untuk Komposisi Ketika menyusun tembakan, fotografer profesional memiliki beberapa aturan yang membantu mereka dengan baik framing subjek mereka. Teknik komposisi yang paling umum adalah aturan pertiga, juga dikenal sebagai "aturan dari tiga."
Menurut aturan, bingkai kamera dapat dibagi menjadi tiga ruang horisontal sama (dengan dua garis horizontal) dan tiga ruang vertikal (dengan dua garis vertikal). Keempat garis imajiner berpotongan, pembentukan sebuah kotak di tengah bingkai.
fotografer dapat pusat subyeknya dalam kotak ini pusat atau mencari subjek di salah satu dari empat sudut teoritis.
Dengan menggunakan teknik ini untuk komposisi, fotografer dapat menambahkan dimensi untuk tembakannya. Sementara gambar dinamis lebih menaruh gambar di salah satu sudut (dikenal sebagai "titik kekuatan"), yang tumpul, tembakan keras memukul-frame subjek di tengah.
Tips lain: Mengambil Keuntungan dari Aksesoris Kamera! Tergantung pada subjek Anda, sejumlah aksesori kamera yang berbeda dapat meningkatkan foto Anda. Jika Anda mengambil gambar alam atau glamor, cobalah menggunakan tripod untuk membuat gambar Anda stabil.
Tak peduli apa gaya fotografi Anda berlatih, Anda dapat melakukan percobaan dengan berbagai lensa kamera. Bermain-main dengan tele, sudut lebar, makro atau lensa fisheye.
Kemungkinan untuk eksperimen fotografi yang tak terbatas. Satu-satunya cara bagi Anda untuk benar-benar meningkatkan kemampuan Anda sebagai fotografer adalah mencari dan bereksperimen dengan teknik-teknik baru.
«Kembali ke Artikel Kategori
Tidak peduli seberapa berpengalaman Anda sebagai fotografer, belajar teknik fotografi baru hanya dapat meningkatkan gambar Anda. Mengambil pendekatan baru terhadap konsep-konsep standar seperti pencahayaan dan eksposur, atau bereksperimen dengan konsep yang sama sekali baru akan menambah rasa dan dinamisme untuk apa yang biasa menjadi "umum" ditembak.
Teknik untuk Lighting dan Exposure Saat membuat gambar, perhatikan jumlah dan jenis cahaya yang mencakup TKP. Jika subjek Anda sepenuhnya diterangi dengan cahaya langsung (baik dari matahari atau bohlam), Anda harus membatasi jumlah cahaya yang masuk lensa kamera untuk mencegah film dari menjadi overexposed, atau mematikan terlalu terang. Dengan kecepatan lebih cepat film, film ini membutuhkan waktu lebih sedikit untuk menangkap gambar dengan jumlah yang diberikan cahaya. (Para ahli merekomendasikan menggunakan film lebih cepat kecepatan untuk mata pelajaran menyalakan terang).
Demikian pula, seorang fotografer dapat menggunakan penyaring atau perangkat naungan untuk mengurangi jumlah cahaya di TKP.
Buruk kondisi baik menyalakan memerlukan pencahayaan tambahan atau film lebih lambat kecepatan. Kondisi tersebut termasuk adegan diterangi dengan pencahayaan, seperti bulan, atau cahaya latar belakang. Dalam adegan ini, fotografer harus memutuskan apakah dia ingin cahaya rendah untuk menjadi bagian dari suasana hati gambar yang dihasilkan atau apakah dia ingin menangkap subjek seperti.
Jika pencahayaan penting untuk menembak, maka fotografer harus menggunakan kecepatan lambat sebuah film. film lambat memungkinkan lebih banyak cahaya masuk ke lensa kamera, mencegah dari yang kurang terang gambar dan mematikan terlalu gelap. Atau, fotografer dapat menggunakan lampu untuk lebih menerangi subjek.
Teknik untuk Komposisi Ketika menyusun tembakan, fotografer profesional memiliki beberapa aturan yang membantu mereka dengan baik framing subjek mereka. Teknik komposisi yang paling umum adalah aturan pertiga, juga dikenal sebagai "aturan dari tiga."
Menurut aturan, bingkai kamera dapat dibagi menjadi tiga ruang horisontal sama (dengan dua garis horizontal) dan tiga ruang vertikal (dengan dua garis vertikal). Keempat garis imajiner berpotongan, pembentukan sebuah kotak di tengah bingkai.
fotografer dapat pusat subyeknya dalam kotak ini pusat atau mencari subjek di salah satu dari empat sudut teoritis.
Dengan menggunakan teknik ini untuk komposisi, fotografer dapat menambahkan dimensi untuk tembakannya. Sementara gambar dinamis lebih menaruh gambar di salah satu sudut (dikenal sebagai "titik kekuatan"), yang tumpul, tembakan keras memukul-frame subjek di tengah.
Tips lain: Mengambil Keuntungan dari Aksesoris Kamera! Tergantung pada subjek Anda, sejumlah aksesori kamera yang berbeda dapat meningkatkan foto Anda. Jika Anda mengambil gambar alam atau glamor, cobalah menggunakan tripod untuk membuat gambar Anda stabil.
Tak peduli apa gaya fotografi Anda berlatih, Anda dapat melakukan percobaan dengan berbagai lensa kamera. Bermain-main dengan tele, sudut lebar, makro atau lensa fisheye.
Kemungkinan untuk eksperimen fotografi yang tak terbatas. Satu-satunya cara bagi Anda untuk benar-benar meningkatkan kemampuan Anda sebagai fotografer adalah mencari dan bereksperimen dengan teknik-teknik baru.
Sunday, August 15, 2010
Dasar Teknologi DSLR (Shutter Speed)
Dalam teknik fotografi kali ini saya akan membawakan artikel Dasar Teknologi DSLR. Langkah awal yang harus dipelajari untuk menguasai Kamera DSLR adalah Shutter Speed, Aperture/Diafragma dan ISO. Karena ketiga hal tersebut yang nantinya akan menghasilkan sebuah foto dengan komposisi dan tonal. Saya akan coba menjelaskan satu persatu mengenai tiga hal tersebut dengan berdasarkan ilmu teori yang saya miliki, maupun pengalaman selama menggunakan kamera DSLR.
Shutter Speed, merupakan kecepatan terbuka dan tertutupnya tirai. Kecepatan ini yang nantinya akan menentukan seberapa banyak sinar yang ditangkap. Berikut kecepatan Shutter speed yang terdapat pada sebuah kamera DSLR.
• Bulb – artinya kecepatan terbuka dan tertutupnya tirai di tentukan sendiri oleh klik telunjuk kita pada shutter release. Sehingga bulb ini dapat menjadi alternative ketika kita tidak menemukan shutter speed yang disediakan oleh DSLR. Namun menggunakan bulb terkadang membutuhkan naluri yang kuat.
• Slow Speed, adalah kategori kecepatan rendah dalam Shutter speed. Angkanya adalah mulai dari lebih dari 2 detik hingga seper tiga puluh detik (1/30s). Slow Speed biasanya digunakan pada saat kondisi objek, foreground maupun background minim cahaya. Namun ada resiko yang harus dibayar ketika menggunakan slow speed, penggunaan objek slow speed sebaiknya tidak pada objek bergerak dan untuk hasil maksimal, wajib menggunakan tripod / penopang sehingga gambar tidak shake / goyang. Namun beberapa fotografer justru memanfaat slow speed untuk menghasilkan sebuah foto yang bernilai seni tinggi, semisal digunakan untuk teknik panning pada sebuah kendaraan ataupun digunakan untuk membidik aliran sungai sehingga menghasilkan aliran sungai yang lembut bagaikan salju. Atau juga digunakan untuk menghasilkan sebuah laser / trail light dimalam hari. Ini salah satu gambr ketika saya menggunakan teknik slow speed di malam hari.
• Fast Speed, merupakan kategori kecepatan tinggi dalam Shutter Speed. Angkanya dimulai dari seper empat puluh detik (1/40s) hingga lebih dari seper seribu detik (1/1000s). Fast Speed biasanya digunakan untuk objek dengan kondisi penuh cahaya dan berkecepatan tinggi, sehingga tidak diperlukan sesuatu untuk menopang kamera. Fast Speed sangat cocok digukanan untuk membekukan sesuatu, seperti lebah yang sedang terbang kesana kemari, seorang pembalap motor dengan kecepatan tinggi bahkan, ada kamera yang khusus diciptakan untuk menerapkan Fast Speed sehingga dapat membekukan sebuah peluru yang sedang melesat.
Demikian pembahasan pertama tentang shutter speed sebagai langkah awal untuk dapat menguasai Kamera DSLR. Selamat mencoba.
Shutter Speed, merupakan kecepatan terbuka dan tertutupnya tirai. Kecepatan ini yang nantinya akan menentukan seberapa banyak sinar yang ditangkap. Berikut kecepatan Shutter speed yang terdapat pada sebuah kamera DSLR.
• Bulb – artinya kecepatan terbuka dan tertutupnya tirai di tentukan sendiri oleh klik telunjuk kita pada shutter release. Sehingga bulb ini dapat menjadi alternative ketika kita tidak menemukan shutter speed yang disediakan oleh DSLR. Namun menggunakan bulb terkadang membutuhkan naluri yang kuat.
• Slow Speed, adalah kategori kecepatan rendah dalam Shutter speed. Angkanya adalah mulai dari lebih dari 2 detik hingga seper tiga puluh detik (1/30s). Slow Speed biasanya digunakan pada saat kondisi objek, foreground maupun background minim cahaya. Namun ada resiko yang harus dibayar ketika menggunakan slow speed, penggunaan objek slow speed sebaiknya tidak pada objek bergerak dan untuk hasil maksimal, wajib menggunakan tripod / penopang sehingga gambar tidak shake / goyang. Namun beberapa fotografer justru memanfaat slow speed untuk menghasilkan sebuah foto yang bernilai seni tinggi, semisal digunakan untuk teknik panning pada sebuah kendaraan ataupun digunakan untuk membidik aliran sungai sehingga menghasilkan aliran sungai yang lembut bagaikan salju. Atau juga digunakan untuk menghasilkan sebuah laser / trail light dimalam hari. Ini salah satu gambr ketika saya menggunakan teknik slow speed di malam hari.
• Fast Speed, merupakan kategori kecepatan tinggi dalam Shutter Speed. Angkanya dimulai dari seper empat puluh detik (1/40s) hingga lebih dari seper seribu detik (1/1000s). Fast Speed biasanya digunakan untuk objek dengan kondisi penuh cahaya dan berkecepatan tinggi, sehingga tidak diperlukan sesuatu untuk menopang kamera. Fast Speed sangat cocok digukanan untuk membekukan sesuatu, seperti lebah yang sedang terbang kesana kemari, seorang pembalap motor dengan kecepatan tinggi bahkan, ada kamera yang khusus diciptakan untuk menerapkan Fast Speed sehingga dapat membekukan sebuah peluru yang sedang melesat.
Demikian pembahasan pertama tentang shutter speed sebagai langkah awal untuk dapat menguasai Kamera DSLR. Selamat mencoba.
Saturday, August 14, 2010
Apa itu Diafragma ?
Monday, February 15th, 2010 Pembahasan artikel teknik fotografi minggu kemarin sedikit saya jelaskan mengenai Shutter Speed, hal yang menentukan kecepatan dalam menutup dan membukanya sebuah tirai/rana. Baik, sekarang saya akan membahas langkah kedua yang harus dikuasai untuk mahir menggunakan DSLR.Di artikel kedua kali ini saya akan membahas tentang Diafragma atau Aperture atau juga Bukaan. Kalau Shutter Speed menentukan kecepatan membuka dan menutupnya sebuah tirai/rana, maka Diafragma atau Apeture ini adalah hal yang menentukan bukaan terhadap lensa.
Teknik Fotografi
ISO DSLR
Thursday, February 25th, 2010Baik, saya akan coba lanjutkan langkah ketiga untuk menguasai DSLR. Setelah menguasai Shutter Speed dan Diafragma atau aperture, maka selanjutnya anda harus mengetahui ISO dan kemudian menguasainya. Saat ini rata-rata kamera DSLR memiliki ISO mulai dari 80 – 3200. Nah, ISO ini juga yang merupakan kelebihan teknologi DSLR dibandingkan dengan teknologi SLR sebelumnya, dimana ISO ini menggantikan ASA yang ada pada SLR.
Anda tentunya pernah memotret dengan menggunakan Film, nah ASA yang terdapat pada sebuah film tidak bisa dirubah. Artinya kepekaan film terhadap cahaya sangat bergantung pada jenis ASA itu sendiri. Karenanya terkadang anda harus merencanakan bahkan melihat situasi terlebih dahulu sebelum menggunakan sebuah film. Misalkan anda ingin melakukan pemotretan dipantai, dimana kondisinya terdapat pencahayaan yang penuh dari matahari langsung, maka tentunya anda akan memilih Film dengan ASA yang rendah, ASA 100 misalkan. Mengapa ASA 100, karena ASA seratus merupakan ASA yang kepekaan terhadap cahayanya rendah. Berbeda jika anda kemudian ingin melakukan pemotretan untuk momen pernikahan didalam gedung yang hanya mengandalkan lampu gedung. Anda tentu harus menggunakan film yang memiliki kepekaan cahaya yang tinggi, ASA 400 misalkan. Nah, inilah salah satu sebab yang membuat film dengan ASA 200 lebih laku ketimbang ASA 100 dan ASA 400, ya karena memang fil dengan ASA 200 ini memiliki kepekaan yang sedang, yang artinya dia masih cukup layak digunakan di kondisi penuh cahaya matahari langsung, maupun kondisi kurang cahaya atau didalam gedung (indoor).
Lalu bagaimana dengan ISO?. ISO merupakan fasilitas terbaik yang berhasil diciptakan dalam teknologi fotografi, karena dengan ISO ini, kepekaan film (dalam DSLR adalah sensor) tidak lagi bergantung pada film yang akan digunakan. Hal ini dikarenakan kamera digital khususnya DSLR menyediakan ISO yang siap untuk atur. Anda tidak lagi perlu melihat kedepan momen atau kondisi seperti apa yang akan anda abadikan, karena mudah pengaturannya bahkan anda dapat memotret didalam ruangan kemudian keluar ruangan tanpa harus mengganti Film. Bayangkan anda bisa memiliki kepekaan cahaya mulai dari 80 – 3200. Itu sama dengan anda memiliki film dengan asa 80, 100, 200, 400 ……3200. Ini yang membuat saya mengatakan teknologi terbaik dalam dunia fotografi.
Yang perlu anda ingat dalam menguasai ISO ini adalah sama seperti ASA, artinya anda harus menempatkan posisi ISO sesuai dengan kondisi yang ada. ISO ini juga merupakan senjata pamungkas ketika anda benar-benar kekurangan cahaya sementara shutter speed dan aperture sudah tidak memungkinkan lagi dieksplore. Namun ada resiko disini. Pada beberapa kamera DSLR menengah kebawah, ISO tinggi (mulai dari 400) besar kemungkinan terjadi Noise, karenanya harus hati-hati menggunakan ISO tinggi.
Baik demikianlah tiga langkah menguasai DSLR mulai dari mengenal shutter speed, aperture hingga ISO. Saya akan lanjutkan dengan langkah lainnya dilain waktu, terimakasih. Selamat mencoba.
Baik, saya akan coba lanjutkan langkah ketiga untuk menguasai DSLR. Setelah menguasai Shutter Speed dan Diafragma DSLR atau aperture, maka selanjutnya anda harus mengetahui ISO dan kemudian menguasainya. Saat ini rata-rata kamera DSLR memiliki ISO mulai dari 80 – 3200. Nah, ISO ini juga yang merupakan kelebihan teknologi DSLR dibandingkan dengan teknologi SLR sebelumnya, dimana ISO ini menggantikan ASA yang ada pada SLR.Anda tentunya pernah memotret dengan menggunakan Film, (more…
Subscribe to:
Posts (Atom)